HIV
(HUMAN IMUNODEVICIENCY VIRUS)
Secara
struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-lebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional
dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag,
pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polimerase, dan env
kepanjangan envelope (hoffmann, rockstroh, kamps, 2006). Gen gag mengode
protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, dan
integrease. Gen env mengode komponen struktural HIV yang dikenal dengan
glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu:
rev, nev, vif, vpu, dan vpr.
SIKLUS
HIDUP HIV
Sel
pejamu yang terinveksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ii berarti
HIV secara terus menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri.
Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan
tertangkap oleh sel dendrit pada membran
mukosa dan kulit pada 24 jam pertama
setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa
dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer setelah 5 hari setelah paparan, di
mana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat di bagi
menjadi 5 fase, yaitu:
A. Masuk
dan mengikat
B. Reverse
transkriptase
C. Replikasi
D. Budding
E. Maturasi
TIPE HIV
Ada 2 tipe HIV yang
dapat menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena
replikasi lebih cepat. Berbagai macam subtipe dari HIV-1 telah ditemukan dalam
area geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi.
Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda.
Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:
Sub tipe A: afrika tengah
Sub tipe B: amerika selatan, brazil, USA, thailand
Sub tipe C: brazil, india, afrika selatan
Sub tipe D: afrika tengah
Sub tipe E: thailand, afrika tengah
Sub tipe F: brazil, rumania, zaire
Sub tipe G: zaire, gabon, thailand
Sub tipe H: zaire, gabon
Sub tipe O: kamerun, gabon
Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari
semua infeksi HIV baru di seluruh dunia.
PERJALANAN
PENNYAKIT
Perjalanan klinis pada
pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan penurunan
derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukan gambaran penyakit yang kronis. Pennurunan
imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan
infeksi oportunistik serta penyakit keganasan. Dari semua orang yang terinfeksi
HIV, sebagian berkrmbang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi AIDS
sesudah 10 tahun, dan hammpir 100% pasien HIV menunjukan gejala AIDS setalah 13
tahun. Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel pasien,
sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap terinfeksi. Sebagian
pasien memperlihatkan gejala tidak khas infeksi seperti demam, nyeri menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6 minggu
setelah infeksi, kondisi ini dikenal dengan infeksi primer.
Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna
narkoba. Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding lurus dengan infeksi pneumonia
dan tuberkulosis. Infeksi oleh kuman lain akan membuat HIV mambelah legih
cepat. Selain itu dapat menyebabkan reaktivasi virus di dalam limfosit T
sehingga perjalanan penyakit bisa lebih progresif.
Pembagian stadium:
1. Stadium
pertama: HIV
Infeksi
dimulai dengan masuknys HIV dan diikuti tejadinya perubahan serologis ketika
antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif.
2. Stadium
kedua: asimptomatik (tanpa gejala)
Asimptomatik
berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukan
gejala-gejala.
3. Stadium
ketiga: pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent
generalized lymphadenophaty), tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan
berlangsung lebih satu bulan.
4. Stadium
keempat: AIDS
Keadaan
ini disertai adanya bermacam macam penyakit, antara lain penyakit
konstitusional, penyakit saraf, dan penyakit infeksi sekunder.
Gejala klinis pada
stadium AIDS dibagi antara lain:
Gejala utama/mayor:
a. Demam
berkepanjangan lebih dari tiga bulan.
b. Diare
kronis lebih dari 1 bulan berulang atau terus-menerus.
c. Penurunan
berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.
d. TBC.
Gejala minor:
a. Batuk
kronis lebih dari 1 bulan.
b. Infeksi
pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albicans.
c. Pembengkakan
kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh.
d. Munculnya
herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh.
EFEK
HIV PADA SISTEM IMUN
infeksi primer
berkaitan dengan periode waktu dimana HIV pertama kali masuk ke dalam tubuh.
Pada waktu terjadi infeksi primer, darah pasien menujukan jumlah virus yang
sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain di dalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma permiimeter
mencapai 1 juta. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering menunjukan sindrom
retrivial akut. Tanda dan gejala dari sindrom retrovial akut ini meliputi:
panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat dimalam hari,
kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut terjadi 2-4
minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan
sering salah terdeteksi sebagai influenza atau mononukleosis.
SISTEM
KLASIFIKASI UNTUK DEWASA DAN REMAJA DENGAN INFEKSI HIV
CDC-amerikaserikat
mengatagorikan dewasa dan remaja dengan infeksi HIV didasarkan pada hitung
limfosit CD4+ dan kondisi klinis. Klasifikasi digunakan untuk
memberikan pertunjuk pada pemberi pelayanan kesehatan profesional dalam
menentukan keputusan pengobatan untuk pasien dengan infeksi HIV. Sistem ini di
dasarkan pada tiga kisaran CD4+ dan tiga katagori klinis serta yang ditunjukan
oleh matriks.
Katagori limfosit CD4+ seperti ditunjukan
dibawah ini:
1. Kategori
1: ≥ 500 sel/µl
2. Kategori
2: 200-499sel/µl
3. Kategori
3: < 200 sel/µl
Klasifikasi tersebut
didasarkan pada jumlah limfosit CD4+ yang terendah dari pasien.
sekali pasien masuk dalam klasifikasi kategori 2 atau 3, pasien tidak akan bisa
kembali pada kategori yang lebih rendah jika penigkatan CD4+.
Klinik-laten
(kategori klinik A)
Meskipun pasien baru
saja dinyatakan terinfeksi HIV, biasanya selama beberapa tahun pasien
menujnjukan periode “klinik-laten” antara infeksi HIV, tanda dan gejala klinis
AIDS, replikasi HIV, dan sistem penjamu merusak sejak awal infeksi.
Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukan tanda
dan gejala infeksi HIV. Pada orang dewasa yang terinfeksi HIV, fase ini
berulang selama 8-10 tahun. HIV-ELISA dan western
blot atau imunofluorescence assay
(IFA) menunjukan hasil positif dengan jumlah limfosit CD4+>500
sel/µl.
Tanda
dan gejala awal HIV (kategori klinis B)
Individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama
beberapa tahun dan tanda dan gejala minor dari infeksi HIV mulai nampak.
Individu mulai menunjukan candidiasis, limfadenopati, kanker serviks, herpea
zoster, dan atau neuropati parifer. Jumlah virus dalam darah akan menunjukan
peningkatan sementara pada saat yang sama jumlah limfosit CD4+
menurun hingga mencapai 500 sel/µl. Individu dengan kondisi kategori B, akan
tetap dalam kategori B. Tapi keadaan ini bersifat tidak tetap karena dapat
berkembang menjadi kategori C apabila
terjadi kondisinya semakin parah, dan juga tidak dapat kembali lagi ke kategori
A bila bersifat asimptomatik.
Tanda
dan gejala lanjut HIV (kategori klinis C)
Individu yang terinfeksi HIV menunjukan infeksi dan
keganasan yang mengancam kehidupan. Perkembangan pneumonia (pneumoncystis carinii), toxoplasmosis, cryptosporidiosis dan infeksi
oportunistik lainnya yang biasa terjadi. Individu dapat pula mengalami
kehilangan atau penurunan berat badan, jumlah virus terus menigakat, jumlah
limfosit CD4+ menurun hingga ,200 sel/µl. Pada keadaan ini individu
akan dinyatakan sebagai penderita AIDS.
Tahap
akhir penyakit HIV (kategori klinis C)
Individu yang
terinfeksi HIV menunjukan perkembangan infeksi oportunistik baru seperti
infeksi sitomegalovirus, kompleks
mycobacterium
avium, meningitis, leukeuncephaoathy multylfocal yang
progresif, dan infeksi lain yang biasanya terjadi sekunder terhadap penurunan
sistem imun. Jumlah virus sangat meningkat dan jumlah limfosit CD4+
<50 sel/µl. Kematian bisa dikatakan sudah sngat dekat. Sekali kondisi
kategori C ini terjadi, maka individu akan tetap pada kategori ini walaupun ada
kemungkinan kondisi ini dapat berubah.
Limfosit
CD4+ pada anak-anak
Anak yang terinfeksi
HIV sering menderita penyakit yang parah saat pertama kali dievaluasi. Atau
mungkin telah berkembang menjadi AIDS, seperti yang terjadi pada orang dewasa.
Pada infant dan anak-anak limfosit
CD4+ lebih tinggi dari orang dewasa. Nilai normalnya bervariasi
sesuai usia, namun sama dengan nilai pada orang dewasa saat anak mencapai usia
6 tahun. CDC (the centre for desease
control and prevention) telah mengembangkan sistem untukmengklasifikasikan
HIV pada anak yang didasarkan pada kategori klinis dan imunologis. Kategori
klinis dan imunologis ini dapat digunakan untuk menetahui status HIV pada
anak-anak dan untuk menemukan pengobatan yang tepat.
Penularan
HIV/AIDS
Virus HIV menular melalui 6 cara penularan, yaitu:
1. Hubungan
seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan
seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan
bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan
vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, debur, atau
mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah.
2. Ibu
pada bayi
Penularan
HIV dari ibu bisa terjadi saat kehamilan (in utero).
3. Darah
dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat
cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar
ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian
alat kesehatan yang tidak steril
Alat
pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenekulum, dan alat-alat yang lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan pada orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.
5. Alat-alat
untuk menoreh kulit
Alat
tajam dan rincing jarum, pisau, silet dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab
alat tersebut mungkin dipakai tanpa di sterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan
jarum suntk secara bergantian
Jarum
suntik yang di gunakan dalam fasilitas kesehatan atau yang digunakan oleh para
pengguna narkoba berpotensi menularkan HIV.
HIV tidak menular
melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai
secara bersama-sama, berpelukan di pipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan
penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.
0 Response to "Makalah HIV AIDS"
Post a Comment