Perbedaan Osteoporosis Dengan Osteomalasia

Kamis, 30 Mei 2013

Perbedaan Osteoporosis dengan Osteomalasia

Berikut akan ane uraikan. Uraian ini berasal dari makalah teman-teman ane di STIKes Muhammadiyah Tasikalaya (promo ceritanya hehehe)...


Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana tulang kehilangan kepadatanEtiologi: Secara umum penyakit ini terjadi karena kekurangan zat bernama kalsium. Kekurangan hormon estrogenCushing's disease, Hyperthyroidism, Hyperparathyroidism, Hypogonadism, Kelainan heparKegagalan ginjal kronis, Kurang gerak, Kebiasaan minum alkohol.  Pemakai obat-obatan/corticosteroid, Kelebihan kafeinMerokok.





Osteomalasia adalah suatu keadaan dimana tulang menjadi lunakEtiologiPada anak-anak, kondisi ini disebut rakhitis. Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah : Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidasi hatiGangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.

Sekian bahasan dari ane,,andai kata ada yang mau ditanyakan silahkan komen ya...



Mengatasi Ejakulasi Dini

Mengatasi Ejakulasi Dini

Hai sobat!kali ini ane mau share tentang Cara mengatasi Ejakulasi dini. Anda penasaran?
stay tune in this blog :D



well,,, Jika anda sering EDITANSIL (ejakulasi dini tanpa hasil) ini adalah sebuah momok yang menakutkan. Karena anda bisa kehilangan pasangan anda. Alasnnya sih karena tidak puas. hehehe... berdasarkan penelitian (katanye..) 75% wanita akan marah-marah dan bad mood dikantor atau tempat dia bekerja jika tidak mendapatkan kepuasan dari suaminya. ihhh sereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeem..

Penyebab Ejakulasi Dini

Nah, Ane punya rahasia para pejantan tangguh dari masalalu. Mereka menggunakan tanaman sebagai bahan-bahannya. So, insya Allah aman. berikut uraiannya.
1. Akar pepaya
2. Akar Kenari
3. Jahe merah
4. Purwoceng
5. Kunyit

Cara pakai:
Didihkan dengan air 300 ml. Sisakan sampai 150 ml. Minum 3x sehari (@5o cc sekali minum)
Mudah-mudahan bermanfaat sob :D

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih

Download Infeksi Saluran kemih



Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
Infeksi saluran kemih adalah keadaan berumbuh dan berkembangnya bakteri disaluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Infeksi saluran kemih adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain. (Soeparman, Ilmu penyakit Dalam).


Etiologi

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK , antara lain:
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Kuman Jumlah
E. Coli 1161 (34,,85%)
Klebsiella sp 554 (16,63%)
Pseudomonas sp 498 (14,95%)
Staph. Epidermidis 165 (4,95%)
Enterobacter aerogenes 153 (4,59%)
Lain-lain 800 (24,01%

Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Klasifikasi

Berikut adalah klasifikasi ISK berdasarkan lokasinya:
Uretritis
Adalah peradangan pada uretra oleh bakteri, virus, atau mikroorganisme lain.

Tanda dan gejala

Jika penyebabnya gonokokus maka akan keluar cairan berupa pus. Jika penyebabnya adalah jasad renik yang lain maka akan keluar cairan bening seperti semen.
Selain itu, penderita juga akan mengalami desakan berkemih disertai nyeri di daerah uretra.
Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Tanda dan gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samar-samar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali.

Sistitis

Sistisis adalah peradangan pada buli-buli atau kandung kemih karena bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya. Umumnya terjadi pada wanita usia produktif.

Tanda dan gejala

 Ada desakan berkemih, nokturia, hematuria, nyeri saat berkemih, terasa panas, nyeri daerah pinggang bawah dan di atas tulang kemaluan.
Prostatitis
Peradangan pada kelenjar prostat yang diakibatkan oleh penyebaran bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya.

Infeksi bisa menyebabkan terjadinya panas dan menggigil, nyeri saat berkemih dan nyeri pada bagian selangkangan, antara penis dan anus. Nyeri bisa menjalar ke skrotum melalui epididymis. Karena nyeri yang sangat hebat, penderita bisa mengalami impotensi.
ISK Rekuren
Infeksi saluran kemih yang berulang setelah satu episode pengobatan ISK yang tuntas dan berhasil tanpa ditemukan kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih. Bila kuman penyebab infeksi baru berbeda disebut reinfeksi, sedangkan bila kuman penyebabnya sama disebut relapse.

Prostatitis

Prostatitis menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel-sel radang (paling sering limfosit) pada stroma prostat didekat asinus kelenjar prostat (Nickel et al 1999).
Darch 1971 mengelompokkan prostatitis menjadi 4 (berdasarkan pemeriksaan 4 porsi urin berdasarkan Meares dan Stamey):
Prostatitis bakteri Aku
Prostatitis bakterial krooni
Prostatitis nonbacterial
Prostatodinia

Dahulu disebut “prostatitis” saja, sekarang “Prostatitis Syndrome” karena seringnya etiologi tidak  diketahui sehingga kriteria diagnostik lemah.

Klasifikasi yang baru berdasarkan National Institutes of Health classification system (1995) menjadi :
NIH kategori I (Prostatitis Bakteri Akut)
NIH kategori II (Prostatitis Bakteri Kronik)
NIH kategori III (Chronic Pelvic Pain Syndromes/ (CPPS))
NIH kategori IIIa (Inflammatory CPPS)

Ditemukan sel darah putih yang bermakna pada sekresi prostat yang dimasase, sedimen urin pasca masase atau semen

NIH kategori IIIB (Non inflammatory CPPS)
Tidak ditemukan sel darah putih yang bermakna pada sekresi prostat yang dimasase, sedimen urin pasca masase atau semen
NIH kategori IV (asimtomatik)

Tanda dan Gejala

Akut
Kronis (minimal 3 bulan menderita)
Paling sering dikeluhkan: NYERI
Prostat/perineum           : 46 %
Skrotum dan atau Testis : 39 %
Penis                             :   6 %
Kandung kemih             :   6 %
Punggung                     :   2 %
dan LUTS :
Sering BAK
Sulit BAK seperti pancaran lemah, mengedan
Nyeri saat BAK/nyeri bertambah saat BAK

Epididimitis dan Orkhitis

Epididimitis adalah peradangan / inflamasi pada epididimis, yang menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan, biasanya unilateral dan timbul dengan cepat. Pada beberapa kasus, testis juga terlibat dalam proses inflamasi (epididimo-orkhitis).
Orkhitis adalah peradangan pada testis, umumnya disebabkan oleh virus dan juga kadang-kadang melibatkan epididimis.
Kuman patogen
Bakteri
Non spesifik : C. trachomatis
Spesifik : M. tuberculosa
Virus : mumps
 Imunologis : auto imun

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
Patofisiologi
Terlampir

Pemeriksaan Penunjang

Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

Penatalaksanaan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
Terapi antibiotika dosis tunggal
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
Efek nefrotosik obat
Efek toksisitas obat

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
Apakah terjadi inkontinensia urine?
Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ?
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas ?
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Intervensi
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih
Intervensi:
Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil : Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Hasil: menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.


daftar pustaka

Mansjoer Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius.Jakarta
Soeparman dkk.1990. Ilmu Penyakit Dalam.Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Mutaqqin A.2008.Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Salemba Medika. Jakarta.
Medicastore.com

Cara Pemberian Obat dan Perhitungan


Rabu, 8 Mei 2013

  Dosis
Dosis Obat adalah sejumlah takaran obat yang diberikan kepada manusia atau hewan yang dapat memberikan efek fisiologis.

  Tujuan menghitung dosis
Setiap bahan kimia adalah racun, termasuk obat. Oleh karena itu dosis harus dihitung untuk memastikan bahwa obat yang diberikan dapat memberikan efek terapi yang diinginkan.


  Cara menghitung dosis
Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, luas permukaan tubuh, kelamin, beratnya penyakit dan daya tangkis penderita.

Untuk obat-obat yang membutuhkan perhitungan dosis individual, mungkin diperlukan penghitungan berdasarkan berat badan (BB) dan luas permukaan tubuh (LPT)..

  Cara menghitung dosis
Rumus dasar  yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam perhitungan dosis obat adalah :
                            D x   V   =  A
          H
D  =  Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)
H  =  dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V  =  bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A  =  jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

  Cara menghitung dosis
   Contoh :
Perintah :
ampisilin (polycililin) 0,5 g, PO, bid.
Tersedia (label Obat) : Polycillin 250mg/kapsul
Maka :
Konversi gram ke miligram (0,5 g = 500 mg)
500  x   1 Kapsul   =  2 Kapsul
250

  Cara menghitung dosis
   Perintah : Kodein gr I (1), PO, STAT
Tersedia : Codein Sulfat 30 mg
Maka :       
Konversi grain ke miligram (1 gr = 60 mg)
Keterangan :
 60   x   1 Tablet   =  2 Tablet
 30

  Cara menghitung dosis
Perintah : Ampisilin 100 mg, PO, qid
Tersedia :
Ampisilin (Polycillin ) 250       mg/5 mL
Maka :       
100   X 5 mL   =  2mL
250

  Berdasarkan Usia
Usia
Rumus young semula banyak digunakan untuk menghitung dosis anak dengan usia antara 1-12 tahun.
                       n    X D
                   n  +  12
Namun, kini rumus ini jarang digunakan lagi karena memberikan dosis yang terlalu rendah bagi bayi dan anak di atas usia 12 tahun.

  Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan
Metode berat badan dalam penghitungan
memberikan hasil yang individual dalam
dosis obat.
Rumus :
Dosis /hari = dosis obat x berat badan.

  Berdasarkan Berat Badan
Contoh :
Perintah :

Fluorourasil (5-FU), 12 mg/kg/hari intravena, tidak melebihi 800 mg/hari. Berat dewasa adalah 132 lb (pound).
Maka :
Konversi pound menjadi kilogram
 (132 : 2,2 = 60 kg)
Dosis = 12 mg x 60 kg = 720 mg/kg/hari

  Berdasarkan Berat Badan
Perintah :
Sefaklor (Ceclor) 20 mg/kg/hari            dalam
dosis terbagi tiga. Berat anak 31 lb (pound).
Label obat : cefaklor 125 mg/5 mL
Maka :
          Konversi pound menjadi kilogram (31 : 2,2 = 14 kg)
          Dosis = 20 mg x 14 kg = 280 mg/kg/hari
                       280 mg : 3 dosis = 93 mg/dosis.
             
                    93 x   5 mL   =  3,7 mL
                   125

  Berdasarkan Berat Badan
Cara perhitungan dosis anak
berdasarkan berat badan :
Cara Clark :        
Dosis = Berat Badan (kg)  x dewasa
                                      70
  Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Metode Luas Permukaan Tubuh
Metode Luas permukaan tubuh (LPT) dianggap sebagai yang paling tepat dalam menghitung dosis obat untuk bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan mereka yang berat badannya rendah.
Untuk menghitung dosis obat dengan metode luas permukaan tubuh, kalikan dosis obat yang diminta dengan angka meter persegi.

  Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Contoh :
Perintah :
Siklofosfamid (cytoxan) 100 mg/m2/hari, PO.
Tinggi klien 5 kaki 10 inci (70 inci) dan
 beratnya 160 lb.
Maka :
          70 inci dan 160 lb, berpotongan pada skala nomogram pada 1,97 m2 (LPT)
          Dosis = 100 mg x 1,97 m2
                  = 197 mg ~ 200 mg

  Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Perintah :
Mefentoin (mesantoin) 200 mg/m2, PO
dalam dosis terbagi tiga.
Tinggi anak 42 inci dan beratnya 44 lb.
Maka :
          42 inci dan 44 lb, berpotongan pada skala nomogram pada 0,8 m2
          Dosis = 200 mg x 0,8 m2 = 160 mg/hari atau 50 mg t.i.d (tiga kali sehari).

  Pemberian Obat
Dalam memberikan obat kepada klien, bidan harus
memperhatikan hal-hal berikut
1.     Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
  -  Bidan bertanggung jawab untuk melakukan
     interpretasi yang tepat terhadap order yang
     diberikan.
  -  Saat order tidak terbaca segera konfirmasi.
  -  Lakukan evaluasi jumlah dan cara pemberian
  -  Bila perawat tidak yakin cara pemberian
     dosis tanyakan langsung tim medis karena
     bidan berhak dan bertanggung jawab atas klien
  Pemberian Obat
Dalam memberikan obat kepada klien, bidan harus
memperhatikan hal-hal berikut
  2. Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep.
  -  Permintaan dosis obat biasanya dengan angka
  -  Bila dosis obat yang tersedia dengan dosis yang
     diinginkan berbeda gunakan rumus untuk
     menghitung dosis
  Pemberian Obat
  Contoh 2
  Ibu X, 65 tahun, harus diberikan obat antiaritmia
  (digoksin) sebanyak 0,25 mg per intra vena (IV).
  Pada vial/kemasan obat tersebut tertulis
  0,125 mg = 1cc. Berapa cc digoksin yang harus
  diberikan untuk ibu X?
  C. Pemberian Obat
  Jawab
  Digoksin yang harus ibu X terima = Y cc
  0,125 mg              =                 0,25 mg
  1 cc                                                         Y
  0,125 Y                          =                    0,25
                     maka Y = 0,25
                           0,125   
             maka Y = 2 cc
  Pemberian Obat
  Benar Klien
  - Benar klien berarti bahwa obat yang diberikan
    Memang benar dan sudah dipastikan harus diberikan
    Kepada klien.
  - Kesalahan identifikasi klien dapat terjadi jika terdapat
    2 orang klien dengan nama yang sama atau mirip
    berada pada suatu ruangan atau unit. Untuk
    menghindari kesalahan pemberian, cocokan nama
    klien pada papan nama dengan rekam medik   
  Pemberian Obat
  Benar Obat
     Benar yang kedua adalah benar obat,
    yang berarti obat yang diberikan adalah
    obat yang memang diminta untuk
    diberikan kepada klien tersebut
    sesuai dengan dosis yang diinginkan
    tim medis. 
     
  Pemberian Obat
  Benar Dosis Obat
  -  Benar dosis obat berarti obat yang diberikan
     memang dosis yang diinginkan oleh tim
     medis dan dosis tersebut telah sesuai dengan
     klien.
  -  Kesalahan pemberian dosis obat dapat
     dihindari bila, baik bidan dan apoteker
     sama-sama mengetahui dosis yang diberikan.  
  -  bidan dapat melakukan pengecekan ulang
     dengan tim medis bila terdapat keraguan.
  Pemberian Obat
  Lakukan pengecekan ulang terhadap dosis obat yang
  diberikan bila
  -  Klien mengatakan bahwa dosis obat berubah dari
     biasanya.
  -  Beberapa obat harus diberikan dalam waktu yang
     bersamaan.
  -  Dosis obat yang diinginkan dalam jumlah yang besar.
  -  Jumlah sediaan obat yang tersedia dari apoteker
     tidak sesuai dengan dosis obat yang harus
     diberikan kepada klien.
  Pemberian Obat
  Dosis harus diperhatikan terutama untuk anak-anak
  < 2 tahun dan lansia > 60 tahun.
  Anak-anak Fungsi organ belum sempurna
  Lansia        Fungsi organ sudah jenuh
  (pustaka Farmakope Indonesia Edisi III, hal 959)
  Pemberian Obat
  Benar Waktu Pemberian obat
  Benar Cara pemberian obat
  Harus ada dokumentasi sesuai prosuder yang berlaku di rumah sakit

Terimakasih
sumber: rumahkesmas.blogspot.com

google-site-verification: googlee8312c6eb61e70e9.html